ini adalah pengalaman penulis dengan salah satu media elektronik yaitu TV.Pengalaman ini terjadi ketika saya masih duduk di kelas empat SD. Saat
itu di kampungku jarang yang memiliki TV. TV masih merupakan barang mewah yang
hanya mampu dimilki oleh keluarga yang “ada” saja. Sehingga saya yang waktu itu
masih “bocah” selalu tertarik untuk menontonnya. Tak perduli siaran apapun yang
tayang saya selalu setia duduk didepanya. Semua jenis film saya tonton bahkan
iklan sekalipun. Entah kenapa, bagi saya TV saat itu bagaikan magnet yang
seakan memiliki kekuatan untuk selalu menarik perhatianku agar menontonya. Ia
mampu membuatku betah duduk berjam-jam untuk menatap layarnya. Seakan menonton
sudah menjadi hobiku saat itu.
Namun
bagaikan hidup yang penuh dengan rintangan, saja juga mengalami hambatan untuk
menikmati hobi baru ini. Tiba-tiba saja sekolahku mengeluarkan peraturan yang
aneh dan menurutku sangat melanggar HAM.
Saat itu guru-guru di sekolah melarang siswa SD untuk menonton. Mereka
mengeluarkan peraturan bahwa barang siapa kedapatan menonton TV di malam hari
maka besok paginya di sekolah akan dihukum. Peraturan itu dibuat karena para
guru marasa sudah tidak ada lagi siswa yang belajar di rumah pada malam hari.
Mereka hanya asyik menonton saja tanpa memperdulikan kewajibannya sebagai
pelajar. Termasuk saya sendiri. Setiap malam ada saja guru yang berpatroli
untuk memastikan tidak ada siswa yang menonton dimalam hari. Hal ini sangat
mengganggu ketentraman hidupku. Terpaksa dengan berat hati saya mengurungkan
niat untuk nonton dimalam hari.
Sudah seminggu
peraturan aneh itu berjalan dan peraturan itu semakin memberatkanku saja.
Setiap pagi di sekolah aku selalu bertanya pada teman-teman apakah mereka
menonton tadi malam, tapi semua jawaban yang mereka lontarkan sama. Tidak.
Mereka terlalu takut untuk melanggar peraturan yang “ajaib” itu.
Setelah dua minggu
telah berlalu, peraturan itu masih masih saja berdiri tagak dan kokoh. Ia
bagaikan pintu gerbang dari rumah tua angker yang membuat para siswa tidak
bernyali untuk melewatinya. Sengaja kuturuti peraturan “gila” itu selama dua
pecan terakhir. Aku mengira setelah dua minggu berlalu hal “konyol” itu akan
lapuk oleh waktu. Ternyata dugaanku salah. Peraturan itu seakan menjelma
menjadi siluman yang menurutku makin hari makin bertambah seram saja.
Suatu pagi disekolah
saat apel pak guru memanggil dua orang siswa laki-laki yang kedapatan menonton
saat malam. Mereka dihukum dengan menyilangkan kedua tangan sambil memegang
telinga dan berdiri dengan salah-satu kaki tidak menyentuh tanah. Melihat hal
ini sontak membuat para murid semakin ciut untuk melanggar peraturan.
Berbeda dari yang lain,
aku dan ketiga temanku tak terpengaruh dengan kejadian itu. Kami berempat telah
sepakat untuk menonton malam ini. Saat itu adalah malam kamis dimana kami akan
menonton film kesukaan kami Angling Dharma yang sudah beberapa episode kami
lewatkan.
Jam sudah menunjukan
pukul 10 malam. film yang kami tunggu akhirnya tayang. Kamipun masuk kedalam
rumah salah-satu teman sekelas kami yang memiliki TV. Ia diistimewakan karena
dalam rumahnya memiliki TV jadi jika menonton ia tidak akan dihukum di sekolah.
Kami berempat duduk di bawah meja besar yang ada disudut ruangan. Tempat itu
sedikit gelap dan membuat kami agak nyaman duduk disitu. Walaupun begitu kami
selalu was-was jangan sampai ketahuan oleh guru. Sesekali mata kami menjelajah
untuk memastikan bahwa keadaan baik-baik saja. Sampai film selesai semuanya
berjalan lancer. Kamipun langsung pulang ke rumah masing-masing. Malam itu aku
tidur dengan perasaan senang. Mungkin juga perasaan ini sama dengan yang
dirasakan oleh ketiga temanku tadi.
Waktu telah pagi. saat
itu kami telah melakukan rutinitas pagi di sekolah yaitu apel pagi. aku merasa
kaget tiba-tiba nama ketiga temanku itu dan termasuk namaku sendiri disebut
oleh guru. Entah dari mana guru itu mengetahui kalau semalam kami menonton.
Kami berempat berjalan dengan lunglai mendekati guru itu. Kamipun dihukum
persis seperti kejadian sebelumnya. Kami berempat tidak pernah jera dengan
hukuman itu. Setiap malam kamis kami selalu menonton. Kadang kelakuan kami
ketahuan oleh guru kadang juga tidak.
Ternyata tak
disangka-sangka setelah kuliah aku mengambil jurusan ilmu komunikasi yang
kebanyakan mempelajari tentang media. Apalagi mata kuliah komunikasi massa.
Jadi setiap kali membaham media massa khususnya TV aku selalu teringat dengan
kejadian saat duduk di bangku SD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar