Sekilas Tentang Aku dan kota Ternate

Memasuki sebuah perguruan tinggi, semuanya harus dimulai dengan perkenalan diri. Mulai dari perkenalan sama orang-orang baru yang dijumpai di kampus, panitia OSPEK (kalo di kampusku tuh namanya P2KK), lebih-lebih sama kakak senior. Apalagi kalau udah  masuk kelas aku bosan perkenalan diri terus, dosen satu datang perkenalkan diri lalu dosenya keluar eh masuk lagi dosen yang satu dan semuanya di mulai dengan perkenalan diri, ah bosan L.

            Nih, aku kasih tau kenapa aku malas and borring kalau di awal-awal kuliah harus perkenalan diri.  Alasanya karena aku adalah seorang pindahan, aku adalah orang baru disini. Yah, hanya alasan itu. Aku berasal dari Muna Sulawesi Tenggara. Namun, karena ada sesuatu dan lain hal aku harus pindah di kota ternate dan melanjutkan pendidikanku di salah-satu kampus swasta di kota ini tepatnya di Unniversitas Muhammadiya Maluku Utara (UMMU).

            Pertama masuk kelas aku orangnya pendiam, benar-benar pediam. Kalau ada yang ngajak kenalan baru aku ngomong itupun Cuma seperlunya saja terus  diam lagi. Sebenarnya aku diam itu bukanya aku benar-benar seorang yang pendiam, hanya saja aku kewalahan dengan teman di kelas yang berbicara dengan bahasa ala kota ternate.

Aku yang dulunya sudah terbiasa memakai kata “saya dan kamu” dalam bahasa kehidupan sehari-hari, sekarang harus membiasakan lidah dengan kata “kita deng ngana” serta dialek bahasa yang dipakai kota ini. Untuk bisa beradaptasi dengan bahasa ini tuh rasanya susah bangad, lidahku terasa sangat kaku bagaikan ingin membengkokkan sebuah tiang beton yang berdiri kokoh. Sumpah susah bangad, Padahal udah dua bulan aku tinggal di kota ternate.

Trus kalau mereka sudah berbicara dengan bahasa “kita deng ngana” dengan tempo yang cepat, hah rasanya gimana yah, dalam kelas tuh rasanya senyap. Bagiku mereka hanya komat-kamit gak jelas.  Aku memperhatikan mereka ngomong tapi aku sendiri merasa ngambang gak jelas alias gak ngerti. Tapi biar semua itu gak keliatan alias gak kentara, aku ngangguk-ngangguk aja sambil bilang “oh” walaupun sebenarnya di dalam kepalaku tertancap sebuah tanda tanya besar berwarna merah mengkilat.

Oh iya, ada lagi istilah yang menurutku aneh bin ajaib dan super membingungkan. Aku yang sudah biasa dengan kata ke kiri, ke kanan, ke depan dan belakang, eh setelah tiba di sini kata itu sudah tidak di pakai lagi. Mereka mengistilakan  kata itu dengan istilah “kadara dan kalao” dan kata itu sangat membingungkan bagi saya. Misalnya kalo kamu di suruh mengambil sebuah benda dan benda itu berada kearah laut dari kamu maka meraka akan bilang kalau benda itu ada di bagian “kalao” bukan bagian kiri atau kanan, depan atau belakang.

Namun setelah 3 bulan kuliah aku sudah bisa beradaptasi dengan bahasa di kota ini. Walaupun awalnya aku gak ngerti namun aku tetap menjalin komunikasi secara intens dengan teman-teman di kelas, akhirnya lama-lama aku ngerti juga. Terima kasih teman-teman J khususnya anak-anak jurusan komunikasi angkatan 2014 (maaf kalau gak nyebutin namanya satu-persatu). Sukses untuk Ilmu Komunikasi.

Itu dia sekilas tentang aku dan kota ternate yang sekarang lagi aku diami. Terima kasih ya udah membaca postingan ini. J